Di kejauhan, terlihat Gunung Rinjani berdiri dengan kokohnya.
Menjulang sepanjang setengah dari utara lombok, Gunung Rinjani (3726m),
adalah gunung berapi tertinggi kedua Indonesia.
Rinjani memiliki nilai spiritiual bagi orang Hindu Bali dan suku
sasak. Bagi orang bali, Rinjani adalah satu dari tiga gunung yang
disucikan karena dianggap tempat tinggal para dewa, setelah Semeru dan
Agung.
Saat mendekati pulau Lombok, saya sudah terpesona dengan keindahannya.
kata sebagian orang.
Beruntung
saya mendapat penyebrangan pagi hari, sehingga bisa melihat matahari
terbit di atas kapal. Saya juga sempat melewati tiga buah pulau Gili
yang terkenal itu dari atas kapal. Disini, pesona keindahan lombok
sudah mulai terasa.
Sesampainya di Lombok, dan setelah melengkapi logistik di pasar Aikmel,
saya menuju Desa Sembalun menggunakan truk pasir. Desa Sembalun
merupakan salah satu jalur masuk ke
. Saat perjalanan ke Sembalun, kami sempat berhenti di Bukit Tiga dara untuk menikmati matahari terbenam.
Bukit tiga dara
Rinjani bagaikan dunia lain, ucap kawan saya. Bagaimana tidak, sejak
awal pendakian kami sudah disuguhi padang savana yang eksotis, hutan
tropis yang mempesona, serta perbukitan yang luar biasa indah.
Ini baru awal, tetapi sudah sangat indah.
Dari basecamp Sembalun ke pos satu dihiasi padang savana seperti
bukit teletubbies,
saya sedikit memotong jalan lewat hutan atas saran penduduk sekitar
karena bisa menghemat dua jam. Sekitar pukul sebelas siang saya sampai
di pos satu. Tetapi yang namanya savana, jarang sekali terdapat pohon,
maka saya pun tidak berlama-lama di pos ini karena sengatan matahari,
tidak heran banyak yang menyebut Rinjani ‘gunung pantai’.
Savana Sembalun
Angin padang yang bertiup membuat ilalang-ilalang melambai bagai
jutaan rajutan yang begitu indah. Ada eksotisme yang tidak terbantahkan
disana.
Saya beruntung kabut mulai turun dan sedikit mengurangi sengatan
matahari. Selama perjalanan, saya sering berpapasan dengan pendaki
asing. Tidak heran, gunung Rinjani memang salah satu daya tarik wisata
yang terkenal di mancanegara. Saya sempat berbincang dengan salah satu
bule dan dia berkata,
‘Indonesia was really beautiful..’, saya hanya tersenyum dan berkata
, ‘Indeed..’
Kabut menemani saat mendekati Plawangan Sembanlun
Sesaat sebelum matahari terbenam, saya sampai di pos tiga. Di tempat
ini saya mendirikan tenda dan beristirahat untuk mempersiapkan
pendakian keesokan harinya.
Namanya terdengar mengerikan. Bukit penyiksaan, adalah nama tempat
yang kami lewati pada pendakian hari kedua. Perbukitan terjal ini
memang membuat kami tersiksa karena tanjakan yang seakan tak pernah
habis.
Disini kami sering menemukan puncak semu, dari kejauhan seperti
puncak bukit tetapi sebenarnya bukit-bukit berikutnya masih tertutup
kabut.
Jalur alternatif adalah Bukit penyesalan, tanjakannya relatif lebih
landai tapi jarak tempuh lebih lama. Tapi di sepanjang perjalanan hari
itu, pemandangan sangat surreal. Sensasinya mirip berjalan di dunia
khayal film
science fiction.
Sesampainya di pos plawangan sembalun, awan sudah berada sejajar
dengan kaki kami. Disini hawanya memang lain, sudah terasa benar-benar
di alam liar, alam para petualang.
Bahkan saat angin berhembus pun terdengar jelas suaranya.
Ahhh, rasanya saya ingin sekali melompat dan menari-nari di atas awan itu.
Plawangan Sembalun Sore Hari
Sunset ditemani bunga edelweiss dan awan dibawah kaki. Fantastis!
Plawangan sembalun adalah pos terakhir sebelum puncak, dengan
ketinggian sekitar 2700 mdpl. Puncak Rinjani berada di ketinggian 3726
mdpl. Berarti masih ada sekitar satu km vertikal, saya jadi malas
membayangkannya.
Trek berpasir sangat menyulitkan pergerakan.
Jalur menuju puncak adalah pasir, mirip
seperti di semeru. Jalur ini sangat mengerikan, kiri-kanan langsung
jurang menganga lebar. Saya sangat setuju summit attack dimulai malam
hari sehingga mental kita tidak jatuh duluan melihat jalurnya.
Sebenarnya, saat tanjakan pasir terakhir saya sudah tidak kuat sama
sekali. Ingin sekali turun kebawah. Tetapi saya selalu disemangati oleh
pendaki lain, yang bahkan saya tidak kenal. Teriakan-teriakan
penyemangat mereka memberi kekuatan kepada saya. Bintang-bintang yang
bertaburan di atas juga ikut menyemangati. Bayang-bayang orang yang
saya sayangi juga tiba-tiba muncul memberikan kekuatannya.
Hampir Puncak
Break the limit. Itu kata-kata yang
selalu ada di pikiran saya. Rinjani mengajarkan saya untuk selalu tidak
menyerah dalam keadaan apapun. Langkah demi langkah saya jalani,
walaupun terkadang kaki terjebak di pasir, yang hanya perlu saya
lakukan hanyalah melangkah dan terus berdoa.
Dan akhirnya… sayapun berada di Puncak Rinjani!!!
Puncak Rinjani!
Ingin menangis rasaya tapi malu hehe. Dari puncak 3726 meter di atas
permukaan laut, saya bisa melihat semua sisi pulau lombok, bahkan pulau
bali dan sumba!
Di kejauhan terlihat Gunung Agung di Bali berdiri dengan angkuhnya.
Melihat kaldera rinjani dengan garis enam kilometer, saya merasa
bagaikan buih di lautan.
Setelah bersalaman dengan setiap orang di Puncak dan sedikit
berfoto, saya harus segera turun karena puncak akan panas sekali dan
persediaan air pun tinggal sedikit. Saat melihat jalur turun, saya
sedikit merinding. Tetapi jika kita telah menemukan iramanya, kita bisa
seperti bermain “ski pasir”, asalkan hati-hati jangan sampai terperosok
ke jurang.
Sesampainya di plawangan kembali, saya beristirahat sebentar dan
bersiap untuk turun ke Danau segara anak. Danau segara anak berada di
ketinggian 1700 mdpl. Jalurnya cukup berbahaya, karena banyak sekali
bebatuan dan pasir. Hati-hati berpijak disini. Saya berangkat terlalu
sore sehingga saya terpaksa membuat camp di tengah jalan. Terlebih lagi
ada teman saya yang kakinya cidera dan saya menemukan seorang bapak
yang ketinggalan dari rombongannya, bapak ini tidak membawa senter!
Menuju Segara anak
Pagi hari kami melanjutkan ke Danau segara
anak, sepanjang perjalanan kami disuguhi panorama yang eksotis.
Bukit-bukit seperti zaman purbakala di hadapan kami. Imajinasi saya
mengatakan kalo ada T-Rex disini pasti bagus.
Danau segara anak memberikan kejutan yang
luar biasa, hot spring! Ahhh, rasanya nikmat sekali berendam di air
panas setelah perjalanan yang melelahkan. Rinjani memang penuh dengan
kejutan. Saya hampir berendam disana dua jam lebih ditemani sama
monyet-monyet liar yang ingin mencuri makanan.
Memancing di Segara Anak. Ikannya besar-besar!
Yang paling saya tidak bisa lupakan dari
Danau segara anak adalah pada saat sunset. Sulit melukiskannya dengan
kata-kata. Sinar matahari sore menyinari pegunungan di sekitar segara
anak. Saya merasa seperti bukan di Indonesia. Tetapi ini benar-benar
Indonesia bung! Saya benar-benar cinta dengan Indonesia!
Semburat oranye di segara anak
Saat perjalanan pulang, terjadi sedikit insiden, kami kehabisan air.
Entah mengapa sumber mata air di pos tiga dan pos dua jalur senaru
semuanya kering. Padahal menurut informasi dari atas dan dari porter
yang kami tanya, ada sumber air disana. Akhirnya kita ditolong tim yang
sudah turun duluan, mereka membawakan air dan menunggu di pos satu.
Terima kasih Rinjani, terima kasih atas semua keindahan dan
keajaibanmu, terima kasih telah memberikan keyakinan bahwa mimpi-mimpi
itu memang dapat kita raih jika kita tidak tidak pernah menyerah,
terima kasih buat teman-teman atas kehangatannya, terima kasih Tuhan
telah mengizinkan saya melihat sedikit indahnya ciptaan-Mu.. Sampai
bertemu lagi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar